Sabtu, 31 Desember 2011

Contoh Laporan Wawancara



Laporan hasil wawancara
Di Dinas Sosial UPT Rehabilitasi Tuna Susila

Identitas interviewee
Nama                        : P
Usia                          : 34
TTL                          : Tidak mau menyebutkan hanya tahunnya saja 1976
Jenis kelamin            : Perempuan
Alamat                     : Tuban
Status                       : Janda
Jumlah Anak            : 1 anak perempuan

Identitas interviewer
Nama                        : Fuad Jauhari
Nim                          : 933401808

Latar belakang wawancara
Panti rehabilitasi, sebuah rangkaian kalimat yang akan menimbulkan banyak pemikiran mengenai kata tersebut, dimulai dari siapa penghuninya, apa yang ada didalamnya, hal apa yang terkait dengan panti itu. Disini kami (interviewer) mencoba untuk mencari tahu siapa penghuni dari panti tersebut, namun hal ini tidak sulit untuk diketahui karena tertulis jelas bahwa panti ini merupakan lembaga kepemerintahan yang menangani masalah tuna susila. Masalah tidaklah selesai sampai disini, kami mencoba untuk mengetahui bagaimana latar belakang penghuni panti ini bisa memasuki dunia tuna susila.

Tujuan wawancara
Interviewer melakukan wawancara ini bermaksud untuk mengatahui latar belakang apa yang mendorong mbak P terjun dalam pekerjaan sebagai Tuna Susila dan setelah keluar dari Dinas Sosial  UPT  rehabilitasi sosial tuna susila kediri apa yang ingin dilakukannya.

Metode wawancara
Metode yang digunakan sebagai wawancara adalah wawancara terbuka atau   tidak terstruktur.

Alat bantu wawancara
Interviewer mengggunakan alat bantu bollpoin dan kertas untuk mencatat identitas interviewe.

Waktu dan tempat wawancara
Wawancara dilakukan pada hari rabu pukul 14.30 WIB. Bertempat dimusholla Dinas Sosial  UPT  rehabilitasi sosial tuna susila kediri.

Pedoman wawancara
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk wawancara antara lain:
1.      identitas dari interviewe?
2.      pendidikan formal dan non formal yang pernah ditempuh?
3.      agama yang sekarang diyakini?
4.      latar belakang menjadi PSK?
5.      cita-cita sesudah keluar dari sini (Dinas Sosial  UPT  rehabilitasi sosial tuna susila kediri)?

Deskripsi subyek
Secara fisik mbak P ini berbadan ramping dan tinggi, kira-kira 160cm, berkulit sawo matang, berambut lurus. Mbak P ini tegolong orang yang sabar, rendah hati dan tidak tegaan.hal ini terbukti ketika saya mewawancarai mbak P yang dia menjawabnya selalu dengan senyum, walaupun sesekali ia agak bersedih dan menitikkan air mata ketika teringat anak dan orang tuanya, akan tetapi dia orangnya baik.

Hasil wawancara
Dari hasil wawancara ini dapat diketahui bahwa mbak P berasal dari keluarga yang berkecukupan, ayahnya pensiunan PNS dan ibunya berdagang mrancangan dipasar, mbak P sudah berkeluarga dari hasil pernikahannya tersebut mbak P dikaruniai seorang anak perempuan yang sekarang sudah berusia 14 tahun tetapi dengan seiring berjalannya waktu mbak P bercerai dengan suaminya karena suaminya ketahuan memiliki WIL (wanita idaman lain) itu terjadi ketika anaknya masih berusia 3 tahun.
Mbak P dulu juga pernah mengenyam pendidikan formal yaitu sampai SMA setelah SMA mbak P tidak meneruskan pendidikan formalnya dia memutuskan untuk kursus menjahit karena mbak P merasa senang menjahit setelah selesai kursus mbak P dilamar oleh seorang pria dan akhirnya menikah dan hanya menjadi ibu rumah tangga, selain pendidikan formal mbak P juga mendapatkan pendidikan non formal sewaktu kecilnya yaitu setiap sore mengaji di TPA dari sini saya mengetahui kalau Mbak P adalah seorang muslim.
Setelah mbak P bercerai dengan suaminya dia sangat terpukul berhari-hari mbak P setiap malam selalu menangis tetapi berkat dukungan dari keluarga mbak P mulai bangkit memulai hidupnya menjadi single perent orang tuanya memberinya modal sebesar Rp. 1.,000,000,00 waktu itu untuk usaha pakaian yang nantinya pakaian itu akan dijual dengan cara kredit dari hasil usahanya itu mbak P bisa menghidupi dirinya dan anaknya selama beberapa tahun, sampai suatu saat mbak P berkenalan dengan seorang pembeli pakaiannya yang menawarinya pekerjaan yang lebih baik, awalnya mbak P tidak menghiraukan karena temannya itu tidak memberitahukan pekerjaan seperti apa yang ditawarkan pada dirinya tapi karena rayuan dari temannya itu akhirnya mbak P mau ikut bekerja bersama temannya itu dengan niatan hanya ingin mengetahui pekerjaan seperti apa yang ditawarkan temannya itu, mereka berdua akhirnya berangkat ke Lamongan dan ternyata temannya itu adalah seorang PSK, mbak P diajak minum-minuman keras sampai mabuk dan oleh temannya mbak P dijual kepada lelaki hidung belang dan dari sinilah awal mbak P menjadi PSK karena mbak P merasa terlanjur basah terjerumus dalam pekerjaan itu dan juga harus menghidupi anaknya maka tanpa pikir panjang lagi mbak P terjun menjadi PSK
Pada saat mbak P menjadi PSK orang tua dan anaknya tidak tau karena mbak P minta izin pada orang tuanya untuk bekerja di Lamongan dan pada saat mbak P masuk dinsos mbak P memberi kabar pada keluarganya kalau kerjanya pindah ke Bali, mbak P menjadi PSK sekitar satu tahun yaitu enam bulan di lokalisasi Lamongan dan enam bulan di Jombang, pada saat di Jombang mbak P bertemu dengan seseorang laki-laki yang mau menerima dirinya apa adanya dan akan menikahinya, setelah perkenalan itu mbak P punya niatan untuk berhenti menjadi PSK dan ingin membuka lembaran baru tetapi naasnya sebelum niat itu tercapai mbak P terkena Razia dan dikirim ke  Dinas Sosial  UPT  rehabilitasi sosial tuna susila kediri.
Minggu pertama mbak P di asrama ini setiap malam hanya menangis menyesali diri dan takut pada petugas karena pada minggu pertama ini mbak P tidak diberi kegiatan sama sekali hanya makan dan tidur saja kegiatannya tapi setelah beradaptasi dengan lingkungan mempunyai teman, mengenal petugas dan mendapatkan berbagai palajaran keterampilan mbak P merasa senang, tidak takut dan tidak menyesal telah masuk dalam asrama ini karena disini ada pelajaran yang dia senangi yaitu menjahit sehingga saat pelajaran menjahit mbak P selalu aktif bertanya jika dia merasa tidak memahami pelajarannya.
Cita-cita mbak P setelah keluar dari Dinas Sosial  UPT  Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri mbak P ingin menikah membuka lembaran baru karena laki-laki yang ingin menikahinya mau menunggu sampai mbak P keluar dari asrama selain itu mbak P juga ingin buka usaha yang dia senangi yaitu menjahit, karena setiap alumni Dinas Sosial  UPT  rehabilitasi sosial tuna susila kediri akan mendapatkan bantuan berupa alat keterampilan yang diminati oleh alumninya maka Insya Allah cita-cita mbak P bisa tercapai.

Analisis dan Pembahasan
berdasarkan hasil wawancara, didapatkan bahwa mbak P terjun ke dunia malam atau bekerja sebagai PSK dengan beberapa alasan, alasan pertama karena sudah terlanjur basah tertipu oleh ajakan teman (W1Baris17) alasan kedua harus menghidupi anaknya (W1Baris19) saat terkena razia dan dikirim ke dinsos terjadi konflik pada diri mbak P yaitu merasa takut kepada petugas dinsos dan satpol PP (W1Baris25) konflik dapat diatasi dengan cara beradaptasi dan lebih mengenal para petugas (W1Baris25) setelah keluar dari dinsos ingin menikah (W1Baris27) dan membuka usaha jahit (W1Baris28).

Kesimpulan
Dari hasil wawancara diatas, maka diperoleh kesimpulan bahwa mbak P ini melakukan profesi PSK alasan utamanya bukan karena faktor ekonomi semata, melainkan atas bujukan dari temannya karena merasa sudah terlanjur basah maka mbak P menjeburkan diri sekalian dalam pekerjaan sebagai PSK tanpa pikir panjang lagi dan cita-cita mbak P setelah keluar dari Dinas Sosial  UPT  rehabilitasi sosial tuna susila kediri adalah ingin menikah dan membuka usaha jahit pakaian dan hidup bahagia bersama keluarganya






























Lampiran transkip verbatim wawancara

Saya : Selamat siang.... mbak P ya? (sambil saya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan)
P       :  Iya mas... (sambil tersenyum dan menyambut jabat tangan saya)
Saya :  Perkenalkan saya Fuad mbak dari STAIN Kediri disini saya tidak bermaksud mau mengekspose anda tetapi disini saya murni hanya untuk kepentingan saya sendiri yaitu untuk menyelesaikan tugas akhir semester saya. Mbak P asli mana?
P       :  Aslinya Tuban mas...
Saya :  Tanggal lahirnya berapa ya mbak?
P       :  Wah saya gak ingat mas tanggal lahir saya tapi yang jelas saya kelahiran tahun 1976
Saya :  Gimana perasaan mbak hari ini?
P       :  Alhamdulillah baik mas.
Saya :  Mbak P sudah menikah?
P       :  Sudah mas tapi sekarang sudah cerai (raut mukanya berubah agak sedih)
Saya :  Emm... sudah cerai ya mbak, kenapa mbak kok bisa cerai dengan suami?
P       :  Dia ketahuan memiliki WIL mas dan ketika saya suruh memilih dia lebih memilih WILnya itu mas makanya kami bercerai (dengan raut muka yang masih sedih tetapi agak menyimpan kemarahan)
Saya :  Mbak sudah memiliki anak?
P       :  Sudah mas, dia berusia 14 belas tahun dan sekarang masih sekolah SMP dulu saya bercerai dengan suami saya ketika dia masih berusia 3 tahun
Saya :  Jadi yang melatar belakangi mbak P menjadi seperti kemaren itu (PSK) adalah karena kecewa atas perlakuan suami mbak ya?
P       :  Bukan mas, sebenarnya setelah saya tau klo suami saya memiliki WIL dan kami bercerai saya kecewa mas tapi tidak saya lampiaskan ke hal seperti itu saya hanya menangis mengapa semua ini terjadi pada saya, ( pandangan matanya menerangan jauh seakan-akan kembali membuka masa lalunya) untung saya masih mempunyai orang tua dan anak sehingga merekalah yang menyemangati saya tuk bangkit lagi dan saya mulai bangkit saya dikasih modal oleh orang tua saya satu juta untuk kula'an pakaian yang nantinya akan saya jual dengan kredit dari usaha itu saya bisa menghidupi diri saya dan anak saya disamping saya juga membantu ibu saya dipasar berjualan mrancangan.
Saya :  Jadi mbak P secara ekonomi bisa dibilang berkecukupan dan bukan karena dendam atau kecewa pada suami mbak tapi kenapa mbak P terjerumus dalam pekerjaan itu?
P       :  Saya terjerumus dalam pekerjaan ini karena pengaruh teman mas.
Saya :  Pengaruh teman ya mbak? Gimana ceritanya mbak?
P       :  jadi saat saya menjual pakaian seperti biasa saya berkenalan dengan pembeli saya seorang perempuan karena setiap 1 minggu sekali saya mengambil uang cicilan maka kami jadi akrab dan dia menawarkan pekerjaan pada saya, tapi pertama saya tidak terlalu menaggapinya karena pekerjaannya tidak jelas dia Cuma bilang dah u ikut kerja ma saya ja kerjanya enak kok karena setiap ketemu saya selalu di rayu supaya mau ikut kerja ma dia akhirnya saya putuskan tuk mencoba ikut dengan tujuan ingin tau pekerjaanya seperti apa, akhirnya kami berangkat ke lamongan dan ternyata dia itu adalah PSK di sana dan saya di ajak minum-minuman keras ma dia saya menolak karena saya seumur hidup belum pernah minum-minuman keras  saya dipaksa minum akhirnya saya mabuk dan tidak sadarkan diri dan itulah awalnya saya terjun bebas tanpa pikir panjang langsung jadi PSK karena saya sudah terlanjur basah sudah pamit kerja ma orang tua dan saya juga harus menghidupi anak saya.
Saya :  mbak P dulu pendidikan formalnya sampai apa?
P       : sampai SMA mas, saya tidak melanjutkan lagi karena saya ingin menekuni menjahit jadi setelah lulus akhirnya saya ikut kursus menjahit
Saya :  trus mbak bagaimana bisa terkena razia dan masuk di dinsos ini?
P       :  jadi setelah 6 bulan saya jadi WTS di Lamongan saya ingin pindah tempat dan saya kenalan-kenalan dengan sesama WTS dan ada yang mengajak saya tuk pindah ke jombang disana selama 4 bulan setelah itu saya bekerja sendiri karena ada yang mengontrak saya selama 2bulan dalam masa-masa dikontrak itu saya bertemu dengan seorang laki-laki yang mau menerima saya apa adanya dan mau menikahi saya, saat itulah saya mulai sadar dan ingin menyudahi petualangan saya sebagai WTS jadi saya dah punya angan-angan klo kontrak ini dah habis satu bulan lagi saya akan menikah dan menjalani hidup baru tapi sebelum saya tobat ada orang yang gak suka kepada saya trus saya dilaporkan ke satpol PP dan akhirnya saya dibawa kesini
Saya :  Gimana perasaan mbak ketika pertama kali masuk sini dan apakah keluarga tau?
P       :  pertama kali saya kesini takut banget mas takut ma petugas dan satpol PPnya mas takut klo diapa-apain saya selama seminggu pertama disini cuma makan dan tidur ja kegiatannya itu untuk proses adaptasinya jadi setiap mau makan saya selalu menangis karena saya inget anak dan orang tua saya tapi setelah saya beradaptasi disini mempunyai teman, mengenal para petugas dan diberi banyak pelajaran keterampilan seperti salon, sablon, tata boga dan keterampilan yang memang sudah menjadi bakat saya yaitu menjahit maka saya tidak menyesal pernah masuk tempat ini karena disini saya bisa belajar lebih banyak lagi tentang menjahit, klo keluarga jangan sampailah mas tau pekerjaan saya ini yang tau saya bekerja seperti ini Cuma calon suami saya ja saya gak bisa bayangkan klo orang tua dan anak saya tau pekerjaan saya seperti ini (mata mbak P mulai merah dan menagis) duh,,, maaf loh mas saya jadi nangis kayak gini
Saya :  gak papa mbak seharusnya saya yang minta maaf  karena dah bikin mbak nangis, trus rencana mbak setelah keluar dari sini apa mbak?
P       :  rencana saya setelah keluar dari sini ingin nikah mas saya minta doanya ya mas biar cita-cita saya ini tercapai
Saya :  amien,,,,
P       : setelah itu saya jg ingin buka usaha jahit mas biar bisa bantu-bantu suami tuk menambah penghasilan dan menghilangkan rasa bosen klo pekerjaan rumah udah selesai lagian itu juga minat saya ditambah katanya klo dah keluar dari sini nanti yang mau buka usaha akan dibantu jadi sekali lagi saya minta doanya mas supaya semua keinginan saya ini tercapai dan saya tidak lagi terjerumus dalam jalan yang salah lagi saya ingin bahagia dengan keluarga saya
Saya    :  iya mbak amien,,,, ya udah mbak makasih banyak atas bantuannya saya doakan setelah mbak keluar dari sini bisa jadi mbak P yang baru yang bisa lebih baik lagi (sambil saya mengulurkan tangan untuk besalaman)
P       :  iya mas amien dan terima kasih doanya (sambil menyambut jabat tangan saya)

Puasa Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Kinerja


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perintah puasa sebagaimana yang telah Allah SWT syariatkan dalam al-Quran penuh dengan hikmah untuk kehidupan umat manusia agar manusia dapat memelihara diri dari berbagai keburukan yang dapat membuat derajatnya lebih rendah dari binatang dan seluruh jenis makhluk yang ada di bumi. Allah swt menganugerahi setiap manusia nafsu dan dorongan syahwat serta memperindah hal itu dalam dirinya (QS. [3]: 14), agar menjadi pendorong utama     “memelihara diri” dan “memelihara  jenis”. Dari keduanya lahir aneka dorongan, seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, keinginan untuk memiliki, dan hasrat untuk menonjol.  Semuanya berhubungan erat dengan dorongan (fithrah) memelihara diri, sedangkan dorongan seksual berkaitan dengan upaya manusia memelihara jenisnya.
Setan seringkali juga memperindah hal-hal tersebut pada diri manusia, guna melengahkan manusia dari tugas kekhalifaan. Seks, jika diperindah setan, maka ia dijadikan tujuan.  Cara dan dengan siapapun, tidak lagi diindahkan. Kecintaan kepada anak, jika diperindah setan maka subyektivitas akan muncul. Bahkan, atas nama cinta,  orang tua membela anaknya walau salah. Harta jika dicintakan setan, maka manusia akan menghalalkan segala cara untuk memperolehnya. Dia akan menumpuk dan menumpuk serta melupakan fungsi sosial dari harta itu.
Dengan berpuasa kita menyadari hal tersebut dan ini pada gilirannya menghiasi diri kita dengan kecerdasan spiritual dan emosional.
Kecerdasan spiritual  melahirkan iman  serta kepekaan yang mendalam. Fungsinya mencakup hal-hal yang bersifat supranatural dan religius. Inilah yang menegaskan wujud Tuhan, melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, serta memperhalus budi pekerti, dan dia juga yang melahirkan  mata ketiga  atau  indra keenam bagi manusia.
Dimensi spiritual mengantar manusia percaya kepada yang gaib dan ini merupakan  tangga yang harus dilalui untuk meningkatkan diri, dari tingkat binatang yang tidak mengetahui kecuali apa yang terjangkau oleh panca indranya menuju ke tingkat kemanusiaan yang menyadari bahwa wujud ini sebenarnya jauh lebih besar dan lebih luas daripada  wilayah kecil dan terbatas yang  hanya dijangkau oleh indra atau alat-alat yang merupakan kepanjangan tangan  indra.
Dengan kecerdasan emosi manusia mampu mengendalikan nafsu bukan membunuhnya.  Emosi atau nafsu sangat kita butuhkan, sebab dia merupakan  salah satu faktor yang mendorong terlaksananya tugas kekhalifaan, yakni  membangun dunia sesuai dengan kehendak dan tuntunan Ilahi. Dengan  kecerdasan itu, manusia akan mampu  mengarahkan emosi atau nafsu ke arah positif sekaligus mengendalikannya, sehingga tidak terjerumus dalam kegiatan negatif.
Kecerdasan emosional  mendorong lahirnya ketabahan dan kesabaran menghadapi segala tantangan dan ujian.  Salah satu tuntunan Rasul Saw. yang berkaitan dengan puasa  adalah apabila salah seorang di antara kita berpuasa, maka janganlah dia mengucapkan kata-kata buruk, jangan juga berteriak memaki. Bila ada yang memakinya, maka  hendaklah ia berucap “Aku sedang berpuasa”,  yakni  aku sedang mengendalikan nafsuku sehingga tidak akan berbicara atau bertindak kecuali sesuai dengan tuntunan agama.  Dengan demikian, kecerdasan  emosional menjadikan penyandangnya berbicara dan bertindak pada saat diperlukan dan dengan kadar yang diperlukan, serta  pada waktu dan  tempat yang tepat.
Kecerdasan-kecerdasan itulah yang menjadikan jiwa manusia seimbang dan menjadikannya berfikir logis dan obyektif, bahkan memiliki kesehatan dan keseimbangan tubuh. Karena, siapa yang berfungsi dengan baik kecerdasan emosi dan spiritualnya,   maka akan selamat pula anggota badannya dari segala kejahatan dan selamat pula hatinya  dari  segala  maksud buruk.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana puasa meningkatkan kecerdasan emosional?





















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Kecerdasan

             Inteligensi adalah salah satu kemampuan mental, fikiran, atau intelektual manusia. Intelegensi merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi (higher order cognition). Secara umum intelegensi sering disebut kecerdasan, sehingga orang yang memiliki inteligensi tinggi sering disebut pula sebagai orang cerdas atau genius.
                Menurut David Wechsler inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
                Para ahli belum ada kesatuan pendapat mengenai definisi intelegensi, karena inteligensi merupakan suatu konsep yang kompleks; suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau kapasitas fikiran (Wechsler, 1975). Sutau definisi kerja tentang inteligensi manusia diajukan oleh Solso (1988) didalam perspektif kognitif dan pemrosesan informasi. Solso mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan memperoleh dan menggali pengetahuan; menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep dan abstrak, dan menghubungkan diantara objek-objek dan gagasan-gagasan; menggunakan pengetahuan dengan cara-cara yang lebih berguna (in a meaningful way) atau efektif.
                Inteligensi manusia dapat meliputi kemampuan memahami, mengklasifikasikan objek-objek, menalar secara logis baik induktif maupun deduktif, beradabtasi atau belajar, dan mengembangkan konsep-konsep tentang sesuatu dan menggunakannya untuk menerangkan dan menginterpretasi kejadian-kejadian di lingkungannya. Sementara itu, prilaku inteligensi memiliki karakteristik antara lain disadari, diarahkan pada suatu tujuan, rasional logis dan konsisten, dan memiliki makna serta kegunaan tertentu. Orang-orang yang inteligensi (cerdas) memiliki kemampuan memecahkan masalah-masalah praktis, keseimbangan dan integrasi intelektual dan berfikir konstektual
             
B.      Hubungan   Puasa  dengan  Kecerdasan Emosional

              Orang-orang yang berpuasa adalah orang yang berbanyak dzikir (mengingat Allah) dengan bertasbih, bertahlil, bertakbir dan beristighfar. Amatlah merugi orang-orang yang berpuasa tapi lisannya dan hatinya lalai dari berdzikir mengingat Allah ‘Azza wa Jalla. Bila siang terasa panjang, ia memendekkannya dengan berdzikir, bila didera oleh lapar dan haus yang menghujam, ia menghilangkannya dengan dzikir kepada Allah. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (menghibur mereka) dan berkata, ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh (kelak) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindung mu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta, sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS Fushshilat [41]: 30-32). Kecerdasan emosional atau emotional intelligence adalah kemampuan mengenali perasan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1998).
               Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional Peter Salovey pada tahun 1990 (dalam Goleman 1998) mengemukakan lima wilayah utama kecerdasan emosi, yaitu meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Kerja Beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi kerja, antara lain sebagai berikut:
              Ruth Jacobs dan Weichen (dalam Goleman, 1998) meneliti studi mengenai kecakapan di empat puluh perusahaan untuk mengukur bobot relatif suatu kecakapan dalam menjadikan seseorang berprestasi tinggi dibanding yang lainnya, hasilnya keunggulan yang lebih besar dalam kemampuan kognitif murni adalah sebesar 27 persen lebih sering ditemukan pada bintang kinerja dibanding orang biasa, sedangkan keunggulan dalam kecakapan emosi mencapai 53 persen lebih sering. Dengan kata lain, kecakapan emosi dua kali lebih berperan dalam menjadikan seseorang berprestasi tinggi dibanding kepintaran murni dan keahlian teknis.
               Persepsi yang diartikan oleh Luthans (1991) sebagai suatu proses pemilihan, pengorganisasian, dan penginterpretasian stimulus dari lingkungan, sangat dipengaruhi oleh kebutuhan, hasrat, nilai dan watak si penerima. Meskipun persepsi ini sangat tergantung pada hal-hal yang diamati (sebagai raw data), tetapi proses kognitif yang terjadi dalam persepsi akan menyaring, memodifikasi, bahkan melengkapi data tersebut sehingga data akan berubah. Proses persepsi ini sangat penting dalam menjembatani antara situasi dan perilaku (respon) yang akan ditampakkan oleh individu. Ketika seorang individu masuk dalam organisasi, maka ia tidak akan dapat lepas dari karakteristik pekerjaannya.
Maier (1965 dalam As’ad 1991) mengatakan bahwa perbedaan prestasi kerja antara orang yang satu dengan lainnya didalam suatu situasi kerja dikarenakan perbedaan karakteristik individu. Masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda termasuk dalam hal ini adalah kecerdasan emosionalnya. Dalam individu yang sama dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap situasi kerja yang berbeda, ataupun juga dalam individu yang berbeda dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap situasi kerja yang sama. Patton (1998) menyatakan bahwa orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi cenderung akan mengalami kesuksesan di tempat kerjanya. Begitu juga Goleman (1996) menyatakan bahwa bila kecerdasan tidak disertai dengan pengelolaan emosi yang baik, maka tidak akan menghasilkan kesuksesan dalam hidup seseorang Allan H. Church (1997) dalam Journal of Applied Psychology mengemukakan bahwa peningkatan kecerdasan emosional akan mendorong peningkatan prestasi kerja
 Beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi kerja, diantaranya Ruth Jacobs dan Weichen (dalam Goleman, 1998) meneliti studi mengenai kecakapan di empat puluh perusahaan untuk mengukur bobot relatif suatu kecakapan dalam menjadikan seseorang berprestasi tinggi dibanding yang lainnya, hasilnya keunggulan yang lebih besar dalam kemampuan kognitif murni adalah sebesar 27 persen lebih sering ditemukan pada bintang kinerja dibanding orang biasa, sedangkan keunggulan dalam kecakapan emosi mencapai 53 persen lebih sering.
 Dengan kata lain, kecakapan emosi dua kali lebih berperan dalam menjadikan seseorang berprestasi tinggi dibanding kepintaran murni dan keahlian teknisDalam konteks berpuasa, firman Allah dalam ayat 183 surat Al Baqoroh , menjelaskan bahwa keimanan yang dibuktikan dengan praktek (seperti berpuasa) akan membawa kepada taqwa, dan taqwa adalah indikasi manusia unggulan menurut Al Qur’an (QS. Al Hujurat: 13). Rasulullah SAW menegaskan barangsiapa yang berpuasa karena iman dan sepenuhnya mengharap ridho Allah, maka ia akan bersih diampunkan seluruh dosanya (HR. Bukhori- Muslim).Orang yang berpuasa dengan baik dan sungguh-sungguh maka dia akan menjadi manusia unggulan(bertakwa) dimana Allah menjamin keberadaan manusia unggulan tersebut akan memiliki tingkat kecerdasan emosional dan kinerja yang tinggi dan dimanapun dia berada akan menjadi solusi dan selalu berprestasi. Allah Swt. berfirman; “barang siapa bertakwa kepada Allah, Maka Dia pasti memberinya jalan keluar (dari segala masalah) dan memberinya rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka”. (QS. At-Talaq: 2-3) Allah Swt. berfirman; “ barang siapa bertakwa kepada Allah, Maka Dia pasti memberikan kemudahan dalam segala urusannya”. (QS. At-Talaq: 4). Allah Swt. berfirman; “dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Baqoroh : 194) Allah Swt. berfirman; “Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa niscaya Kami bukakan bagi mereka pintu segala keberkahan dari langit dan bumi”. (QS. Al-A’raf: 96) Allah Swt. berfirman; “Jika kalian bersabar dan bertakwa maka makar dan tipu muslihat mereka tidak akan membahayakan kalian sedikitpun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi atas segala yang mereka kerjakan”. (QS. Ali Imron: 120) Allah Swt. berfirman; “dan hendaklah takut orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka keturunan yang lemah, yang mereka takut akan (kesejahteraan mereka). Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang benar. (QS. An-nisa’: 9)
Puasa berfungsi menekan otak untuk melakukan pengimbangan Medan Electro Magnet (MEM). Ketidakstabilan MEM akan mempengaruhi mekanisme sistem hormon, sistem saraf dan sistem daya tahan tubuh menjadi terganggu. MEM yang terganggu menyebabkan meningkatnya hormon kortisol. Hormon ini menyebabkan terjadinya penuaan dini (premature aging) dengan gejala-gejala melemahnya beberapa organ penting seperti pendengaran, penglihatan, daya ingat dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang berpuasa, otak akan banyak mengeluarkan omega 3 yang sangat dibutuhkan oleh sel-sel saraf.
 Di samping itu, puasa dapat menurunkan kadar kortisol dan memperbaiki mekanisme pelepasan kortisol. Kortisol dalam aksinya akan mencegah/menahan penggunaan glukosa oleh hipokampus, menghambat transisi sinapsis dan menyebabkan neuron/sel saraf luka (injury) serta kematian sel. Puasa juga dapat menurunkan level lipid peroksidase, yaitu suatu enzim yang dapat menghasilkan radikal-radikal bebas dan meningkatkan level dehidroepiandrosteron, yaitu suatu hormon yang penting untuk optimalisasi fungsi otak. Tidak mengherankan jika Rasullulah berkata bahwa puasa itu menyehatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Hatta, Ahmad. (2009). Tafsir Qur’an Perkata Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan  Terjemah. Jakarta: Magfiroh Pustaka.
Khan, Inayat. (2000). Dimensi Spiritual Psikologi. Bandung: Pustaka Hidayah.
Suharman. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.